Pertemuan di sela-sela World Economic Forum (WEF) di Davos awal tahun ini menjadi momentum penting bagi masa depan kawasan Timur Tengah. Perdana Menteri Kurdistan Irak, Masrour Barzani, bertemu langsung dengan Aidarus al-Zoubaidi, Wakil Ketua Dewan Kepemimpinan Presiden Yaman sekaligus pemimpin Dewan Transisi Selatan. Keduanya sepakat pentingnya stabilitas politik dan pembangunan ekonomi untuk membebaskan kawasan dari krisis berkepanjangan.
Kisah Kurdistan Irak menjadi perhatian karena di tengah geopolitik Irak yang bergejolak, kawasan otonom ini mampu mengelola ekonominya relatif stabil. Pemerintahannya berhasil membangun kerangka ekonomi berbasis minyak, investasi asing, dan stabilitas sosial yang dijaga dengan kuat. Barzani bahkan memimpin delegasi perdagangan besar di Davos, menandai kiprah ekonomi Kurdistan di forum global.
Kurdistan Irak sebelumnya juga mengalami situasi serupa dengan Yaman, yakni terjebak dalam konflik internal, perang sektarian, dan tarik ulur kepentingan kekuatan asing. Namun, sejak awal 2000-an, Kurdistan memilih jalan berbeda. Wilayah ini mulai membuka diri kepada investasi, memperkuat relasi perdagangan luar negeri, dan memanfaatkan kekayaan alam secara cerdas.
Yaman sebetulnya memiliki potensi serupa. Kekayaan minyak, gas, pelabuhan strategis, dan warisan peradaban kuno seharusnya bisa menjadi modal utama untuk membangun ekonomi mandiri. Namun, konflik berkepanjangan antara pemerintah pusat, kelompok Houthi, STC, dan suku-suku bersenjata membuat sektor ekonomi nyaris lumpuh total.
Pelajaran penting dari Kurdistan Irak adalah pentingnya stabilitas lokal sebelum membangun sistem ekonomi yang kuat. Kurdistan sejak awal memperkuat pemerintahan otonom yang menghormati keberagaman etnis, memperhatikan hak suku-suku tradisional, dan membangun dialog politik internal. Hal ini bisa menjadi contoh bagi Yaman yang selama ini terpecah oleh ego sektarian.
Selain itu, Kurdistan berani mengundang investor asing tanpa takut kehilangan kontrol atas sumber daya. Pemerintah setempat membuat regulasi yang ramah bisnis sekaligus tetap melindungi kepentingan rakyatnya. Yaman bisa belajar dari pola ini, terutama untuk sektor pelabuhan, energi, dan logistik yang selama ini menjadi rebutan faksi bersenjata.
Keberhasilan Kurdistan dalam membangun sektor pariwisata sejarah, budaya, dan alam juga patut ditiru. Yaman memiliki situs-situs bersejarah kelas dunia seperti Shibam, Hadramaut, dan kota tua Sana’a. Jika keamanan membaik, sektor pariwisata bisa menjadi penyumbang devisa besar seperti yang dialami Kurdistan dengan peningkatan kunjungan wisatawan asing.
Masrour Barzani juga dikenal piawai dalam memanfaatkan diplomasi ekonomi. Ia rutin menghadiri forum internasional seperti Davos untuk mempromosikan Kurdistan di mata dunia. Yaman perlu mengutus figur-figur ekonominya untuk melakukan hal serupa, membuka jejaring dagang baru, dan membangun citra positif di komunitas bisnis global.
Faktor penting lain adalah penguatan sektor energi. Kurdistan mengembangkan jaringan pipa minyak independen ke Turki dan berhasil menegosiasikan hak ekspor mandiri. Yaman bisa mengambil pelajaran untuk mengelola pelabuhan minyak di Shabwa, Marib, dan Hadramaut yang kini masih terjebak di tangan kelompok bersenjata.
Kunci keberhasilan Kurdistan lainnya adalah keberanian mengadopsi sistem pajak modern dan sistem perbankan syariah yang transparan. Kurdistan bahkan membangun Bank Sentral regional yang terpisah dari Baghdad. Yaman perlu merancang sistem keuangan daerah yang fleksibel agar pemerintah lokal bisa menjalankan pelayanan publik tanpa menunggu dana pusat.
Selain itu, Kurdistan mengembangkan kawasan industri terpadu yang menarik investor asing. Kawasan industri Erbil, Duhok, dan Sulaymaniyah menjadi pusat aktivitas manufaktur dan logistik modern. Di Yaman, konsep ini bisa diterapkan di Aden, Mukalla, dan pelabuhan strategis lainnya, mengingat letak geografis Yaman yang strategis di jalur perdagangan dunia.
Masrour Barzani juga menggagas program pelatihan tenaga kerja lokal, sehingga anak-anak muda Kurdistan bisa masuk ke sektor migas, konstruksi, dan IT. Yaman yang memiliki bonus demografi juga bisa meniru kebijakan ini untuk mengurangi angka pengangguran dan mencegah anak-anak muda terjerat dalam kelompok milisi bersenjata.
Di sektor kesehatan, Kurdistan sukses membangun rumah sakit bertaraf internasional hasil kerja sama dengan investor dari UEA dan Turki. Yaman bisa meniru skema investasi berbasis joint venture untuk membangun fasilitas medis di wilayah selatan dan timur, yang selama ini kekurangan layanan kesehatan modern.
Kebijakan Kurdistan dalam menjaga relasi baik dengan negara-negara tetangga dan kekuatan global juga memberi dampak positif bagi stabilitas ekonominya. Yaman perlu mengurangi ketegangan sektarian dan mulai membangun komunikasi ekonomi lintas kawasan seperti Oman, UEA, dan Arab Saudi untuk membangun pasar regional bersama.
Keberanian Kurdistan membangun pusat promosi dagang di luar negeri, termasuk di Ankara, Teheran, dan London, menjadi terobosan penting. Yaman bisa membuat kantor dagang di Dubai, Doha, dan Kairo untuk mempromosikan produk lokal seperti kopi Mocha, kurma Hadramaut, dan rempah-rempah tradisional.
Saat ini, Kurdistan juga sukses menarik diaspora Kurdi di Eropa dan Amerika untuk berinvestasi di kampung halamannya. Yaman memiliki diaspora besar di Asia Tenggara, Afrika Timur, dan Teluk yang potensial digalang untuk membangun proyek-proyek ekonomi di negeri asalnya.
Pertemuan Barzani dan Zoubaidi di Davos diharapkan menjadi pintu awal kerja sama ekonomi konkret. Kedua pihak sepakat bahwa tanpa stabilitas ekonomi, perdamaian politik akan sulit tercapai. Oleh karena itu, Yaman mesti mulai menyusun peta jalan ekonomi daerah seperti yang dilakukan Kurdistan sejak dua dekade lalu.
Forum-forum investasi internasional seperti Davos bisa menjadi panggung diplomasi ekonomi Yaman. Langkah Barzani mendirikan “House of Kurdistan” di Davos bisa ditiru Yaman untuk mendirikan “House of Yemen” sebagai etalase potensi investasi, budaya, dan produk lokal di mata dunia.
Belajar dari Kurdistan, Yaman butuh pemimpin ekonomi visioner yang tak hanya sibuk dengan kompromi politik, tetapi juga berani mengambil keputusan berisiko demi kepentingan jangka panjang rakyatnya. Dengan kekayaan alam, posisi strategis, dan warisan budaya, Yaman sebenarnya punya modal besar untuk bangkit seperti Kurdistan.