Kamis, 07 Agustus 2003
Oleh : Taufik Hidayat/Eva Martha Rahayu
Di kalangan pengusaha Medan, nama Yopie Sangkot Batubara sudah tidak asing lagi. Maklum, selain sebagai pengusaha sukses, Yopie juga menjabat sebagai Ketua Kadin Sumatera Utara. Tak kurang dari 500 tenaga kerja tetap kini bernaung di bawahnya.
Bisnisnya diawali sebagai kontraktor proyek-proyek Dinas Pekerjaan Umum Medan, seperti pembangunan saluran irigasi, jalan dan jembatan tahun 1972. "Awalnya, kami hanya mengerjakan proyek-proyek kecil," kata Yopie, mengenang.
Proyek properti pertama yang digarapnya adalah pembangunan 100 unit rumah tinggal di atas lahan seluas 4 hektare tahun 1980. Dari situ bisnis propertinya terus berkembang. Ia mendapatkan kepercayaan dari beberapa perusahaan di Medan untuk membangun perumahan karyawan.
Tahun 1983, barulah perusahaan milik Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Nusantara Jakarta ini memperoleh status badan hukum. Bendera yang dibawanya saat itu, PT Ira Corporation, sebelum diubah menjadi PT Ira Widya Utama tahun 1986.
Oleh : Taufik Hidayat/Eva Martha Rahayu
Di kalangan pengusaha Medan, nama Yopie Sangkot Batubara sudah tidak asing lagi. Maklum, selain sebagai pengusaha sukses, Yopie juga menjabat sebagai Ketua Kadin Sumatera Utara. Tak kurang dari 500 tenaga kerja tetap kini bernaung di bawahnya.
Bisnisnya diawali sebagai kontraktor proyek-proyek Dinas Pekerjaan Umum Medan, seperti pembangunan saluran irigasi, jalan dan jembatan tahun 1972. "Awalnya, kami hanya mengerjakan proyek-proyek kecil," kata Yopie, mengenang.
Proyek properti pertama yang digarapnya adalah pembangunan 100 unit rumah tinggal di atas lahan seluas 4 hektare tahun 1980. Dari situ bisnis propertinya terus berkembang. Ia mendapatkan kepercayaan dari beberapa perusahaan di Medan untuk membangun perumahan karyawan.
Tahun 1983, barulah perusahaan milik Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Nusantara Jakarta ini memperoleh status badan hukum. Bendera yang dibawanya saat itu, PT Ira Corporation, sebelum diubah menjadi PT Ira Widya Utama tahun 1986.
Dengan reputasi dan kerja keras, bisnis propertinya terus berkembang. Dari hanya menggarap perumahan kelas menengah-bawah, Yopie memutar haluan dengan membangun perumahan mewah. "Barangkali saya adalah orang pertama di luar Jawa yang membangun proyek real estate besar," klaim Yopie, yang pada 1985 membangun proyek Taman Setiabudi Indah di atas lahan seluas 220 ha yang ditujukan bagi konsumen menengah-atas.
Di luar dugaannya, perumahan Taman Setiabudi Indah laku keras, dan memaksanya membangun tahap-tahap berikutnya. Namun, krisis moneter membuyarkan segalanya. Tahun 1997 pembangunan Taman Setiabudi terhenti. Baru tahun 2000, pembangunannya dilanjutkan. Hingga kini total ada 2.800 unit rumah yang telah dibangun.
Sukses memasarkan Taman Setiabudi Indah semakin meyakinkan Yopie untuk menggarap segmen pasar menengah-atas. Berturut-turut ia membangun proyek Bumi Asri (42 ha), Kota Taman Sunggal (200 ha), yang kesemuanya berlokasi di Medan, serta Taman Cactus Raya (10 ha) di Binjai. "Sekarang kami bisa mengklaim bahwa kami adalah market leader di Medan," ungkapnya bangga.
Bahkan, tahun 1995 pengusaha yang dekat dengan Ciputra dan Cosmas Batubara ini mencanangkan membangun megaproyek Namoriem Garden Estate di atas tanah seluas 11.250 ha. Yaitu, suatu kawasan yang tidak hanya berisi permukiman mewah, tapi juga dilengkapi sekolah dan rumah sakit internasional, padang golf, mal, air terjun buatan dan fasilitas eksklusif lainnya. Sayang, akibat krisis, proyek prestisius itu terbengkelai. "Kami masih berusaha melanjutkan proyek ini, karena sangat feasible," ungkapnya.
Menurutnya, ada dua kunci utama sehingga properti yang dibangunnya laris manis diborong konsumen. Pertama, mempelajari ilmu hong shui, seperti lokasi tusuk sate atau kepala naga yang dipercaya membawa hoki. Sebelum memutuskan membangun, terlebih dulu tanah dari lokasi tersebut dibawa ke klenteng untuk diteliti, apakah lokasinya bagus atau tidak. Kedua, menggandeng kontraktor keturunan Tionghoa. Mengapa? "Jika satu orang Cina beli, orang Cina lain akan percaya dan beli juga," ujarnya.
Yopie juga dikenal sebagai pengusaha yang licin. Untuk mendukung bisnis propertinya, tahun 1992 ia membangun pabrik genteng keramik. Sayang, usaha ini kini terhenti akibat krisis yang melanda sejak 1997. Padahal, produk dengan merek Irasi Megah Keramik sempat diekspor ke Malaysia. "Kalau kondisi ekonomi membaik, akan kami lanjutkan kembali," jelasnya.
Di luar dugaannya, perumahan Taman Setiabudi Indah laku keras, dan memaksanya membangun tahap-tahap berikutnya. Namun, krisis moneter membuyarkan segalanya. Tahun 1997 pembangunan Taman Setiabudi terhenti. Baru tahun 2000, pembangunannya dilanjutkan. Hingga kini total ada 2.800 unit rumah yang telah dibangun.
Sukses memasarkan Taman Setiabudi Indah semakin meyakinkan Yopie untuk menggarap segmen pasar menengah-atas. Berturut-turut ia membangun proyek Bumi Asri (42 ha), Kota Taman Sunggal (200 ha), yang kesemuanya berlokasi di Medan, serta Taman Cactus Raya (10 ha) di Binjai. "Sekarang kami bisa mengklaim bahwa kami adalah market leader di Medan," ungkapnya bangga.
Bahkan, tahun 1995 pengusaha yang dekat dengan Ciputra dan Cosmas Batubara ini mencanangkan membangun megaproyek Namoriem Garden Estate di atas tanah seluas 11.250 ha. Yaitu, suatu kawasan yang tidak hanya berisi permukiman mewah, tapi juga dilengkapi sekolah dan rumah sakit internasional, padang golf, mal, air terjun buatan dan fasilitas eksklusif lainnya. Sayang, akibat krisis, proyek prestisius itu terbengkelai. "Kami masih berusaha melanjutkan proyek ini, karena sangat feasible," ungkapnya.
Menurutnya, ada dua kunci utama sehingga properti yang dibangunnya laris manis diborong konsumen. Pertama, mempelajari ilmu hong shui, seperti lokasi tusuk sate atau kepala naga yang dipercaya membawa hoki. Sebelum memutuskan membangun, terlebih dulu tanah dari lokasi tersebut dibawa ke klenteng untuk diteliti, apakah lokasinya bagus atau tidak. Kedua, menggandeng kontraktor keturunan Tionghoa. Mengapa? "Jika satu orang Cina beli, orang Cina lain akan percaya dan beli juga," ujarnya.
Yopie juga dikenal sebagai pengusaha yang licin. Untuk mendukung bisnis propertinya, tahun 1992 ia membangun pabrik genteng keramik. Sayang, usaha ini kini terhenti akibat krisis yang melanda sejak 1997. Padahal, produk dengan merek Irasi Megah Keramik sempat diekspor ke Malaysia. "Kalau kondisi ekonomi membaik, akan kami lanjutkan kembali," jelasnya.
2 komentar
Write komentarSaya salut dengan keberadaan bapak yang menjadi seorang pengusaha terkenal.semoga sukses selalu dalam berkarir
ReplySukses selalu Pak!
ReplyReview Cipto Junaedy.